30 Days Creatives #23 Menjadi Guru


`Tidak ingin menjadi guru` 

adalah kalimat yang sering kali aku ucapkan dulu sewaktu masih kuliah. Aku tidak ingin memilih berprofesi menjadi guru, karena kalau jadi guru aku harus bisa ngobrol panjang dengan anak-anak sekolah. Aku juga akan menjadi seorang yang stuck dengan satu hal tanpa bisa mengeksplore hal lain. Kira-kira begitulah  hal yang ada dalam fikiranku waktu itu. Aku sebisa mungkin harus menghindari profesi guru.

Tetapi, banyak hal yang kita tidak inginkan ternyata mewujud nyata. Dan sekarang, sudah beberapa bulan aku menjalani profesi sebagai guru di salah satu sekolah. Setiap hari dengan jadwal tertentu aku harus datang ke kelas dan menyapa anak didikku. Sebelumnya, malam hari atau beberapa hari sebelum mengajar aku harus menyiapkan materi terlebih dahulu. Agar bisa tampil maksimal di depan anak didikku.

Setiap hari sebelum berangkat sekolah aku dihinggapi rasa gugup, dengan beratus pertanyaan muncul di kepala. 

Bisakah aku tampil baik hari ini? 

Bisakah anak didikku paham materi yang aku berikan? 

Akankah mereka memberikan respon positif?

Beratus pertanyaan yang muncul di kepala terkadang juga menjadikan aku ciut untuk datang ke sekolah menghadapi mereka. Tetapi karena memang kewajiban dan tanggung jawab, aku tetap memberanikan diri untuk datang ke sekolah pagi-pagi. Membawa beberapa buku dan catatan yang sudah aku siapkan untuk dibawa ke kelas.

Saat di kelas, rasa gugupku hilang dengan sendirinya. Siapa lagi kalau bukan Tuhan yang menggerakan fikiran dan hatiku untuk bisa tenang. Aku seharusnya selalu bersyukur dengan hal tersebut.

Kemudian, aku banyak menyadari hal yang membuat guruku senang sewaktu di kelas. TIdak lain adalah respon dari siswaku. Baik itu senyuman, memperhatikan dengan seksama, menanggapi pertanyaanku, atau bertanya hal-hal yang mereka tidak pahami. Hal-hal seperti itu adalah hal yang membuatku merasa terus bersemangat di depan kelas saat pelajaran, dan bisa tersenyum saat keluar dari kelas.

Semudah itu kah membahagiakan seorang guru? Aku tidak akan pernah tahu, kalau aku tidak jadi guru saat ini.

Kemudian rasa bersalah dan sedih terjadi saat aku harus menghadapi anak didikku yang mulai ngantuk dan lelah, entah karena jam pelajaran terlalu banyak ataupun karena siang hari memang waktu yang tepat untuk menguap dan memejamkan mata sejenak. Rasa sedih, kesal, tiba-tiba bercampur menjadi rasa tidak percaya diri saat mengajar mereka. Aku yang memang bukan dari jurusan pendidikan, atau dari jurusan yang menangani tentang psikologi anak, tidak mudah menghadapi hal tersebut. Sehingga membuatku menjadi agak down dan fikiranku mulai tidak teratur. Yang akhirnya membuatku selalu merasa bersalah dan merasa selalu kurang maksimal saat keluar dari kelas. 

Ada rasa bangga ketika mereka memanggilku dengan sebutan Ibu. Atau saat mereka menyapa dan senyum kepadaku di luar kelas. Apakah ini sebabnya banyak orang yang ingin menjadi guru? Batinku.

Tulisan ini bukan refleksi hari guru atau hal lainnya. Hanya sebuah cerita sederhana dari seorang perempuan yang tiba-tiba sudah beranjak dewasa. Ketika kemarin masih terasa anak SMA, bermain dengan teman sebaya dan pergi kesana kemari tanpa ada beban. Ah, betapa cepat bumi ini berputar.

Load disqus comments

0 komentar

Iklan Bawah Artikel