30 Days Creatives #24 Buat Apa Aku Nulis?



Blog yang aku buat sebenernya udah lama, sekitar SMK tahun 2010-an aku udah mulai bikin blog. Cuma tulisan-tulisannya masih seputaran pelajaran di kelas atau hal-hal yang aku tahu aja. Beberapa memang ada curhatan. 

Terus aku juga nulis diary sewaktu SD. Aku gak nyaring apapun di diari itu, hingga akhirnya aku harus membakarnya karena takut ketahuan orang-orang (he-he). Aku bikin diari juga udah beberapa buku. Diari yang zamannya dulu itu yang ukurannya segi empat, kecil banget dan gambarnya lucu-lucu. Aku rutin nulis diari sejak saat itu.

Waktu SMK bacaanku adalah Novel ayat-ayat Cinta karya Kang Abik, yang waktu itu jadi novel yang sangat aku banggain dan pengen banget beli semua serinya. Seperti Ketika Cinta Bertasbih, dan yang lainnya. Selanjutnya, aku lebih kepincut dengan tulisan-tulisan Andrea Hirata dari Novel Laskar Pelangi. Kata-katanya yang luar biasa bikin aku bersemangat buat nulis. Terus gaya tulisannya juga lebih santai. Sampai sekarang aku masih menikmati karya-karya Andrea, terakhir aku baca novelnya yang berjudul entah Ayah entah Sirkus.

Hingga, sewaktu kuliah aku ternyata punya ketertarikan sendiri akan menulis. Aku ikutan beberapa komunitas menulis. Dan membuat ketertarikan aku sama nulis dan baca sangat tinggi waktu itu. Aku mulai rutin nulis di blog dan bikin diari dengan buku tebal-tebal. Sampai sekarang aku punya buku tebal untuk menulis dan belum habis.

Buku yang menurut aku sangat sastra pertama yang aku temukan waktu kuliah S1 semester pertama entah kedua, adalah bukunya Emha Ainun Nadjib, judulnya aku lupa. Mulai dari sana aku tertarik juga dengan karya-karya Emha Ainun Nadjib. Juga sewaktu di Bandung sering ikut kendurian di Kenduri Cinta dan di Bandung, Jamparing Asih.

Setelah itu, aku mulai juga suka dengan karya Pramoedya Ananta Toer karena Gus Dur merekomendasikan penulis favoritnya di salah satu bukunya. Aku mulai baca buku Pram yang tetralogy Bumi Manusia, yang menurutku sebagai sebuah novel, ia adalah novel sejarah yang tidak ada tandingannya. Karena itu aku juga jadi makin suka sama novel-novel sejarah, dan setiap ada karya Pram, aku usahakan beli.

Selanjutnya yang melekat di ingatan juga adalah karnya Eka Kurniawan. Dia tidak kalah keren dibandingkan dengan Pram. Karya-karyanya lebih nyastra, dengan alur cerita mundurnya yang sangat khas dan tidak mudah ditebak. Aku jug abaca beberapa novel Nano Riantiarno, yang ceritanya aku suka sekali, seperti salah satu judulnya Cermin Bening.

Tulisan-tulisanku juga mulai berubah. Ketika ikutan komunitas sastra di kampus, aku kenal beberapa orang penulis kampus yang suka bikin puisi atau tulisan lain. Dan mereka sangat inspiratif. Salah seorang yang aku ingat kata-katanya dan aku terapkan dalam tulisanku ketika dia bilang kita harus bisa melihat hal-hal kecil di sekitar untuk bisa menulis. Dari sana aku mulai senang memperhatikan hal-hal kecil dan aku jadikan tulisan. Dan memang dengan memerhatikan hal-hal kecil, tulisanku menjadi lebih hidup.

Sampai ke diari-diari aku menulis hal-hal detil seperti itu. Ceritanya memang ceritaku sehari-hari, perasaan-perasaanku yang bergejolak setiap hari dan hal-hal yang aku rasa sangat menarik setiap hari.
Tetapi, ternyata semakin kesini semangatku untuk menulis mulai perlahan memudar. Dan biasanya ketika semangat nulis lagi setelah baca novel. Mungkin hal ini penyebabnya karena aku jauh dari lingkungan orang-orang yang sudah kusebutkan tadi. Orang-orang yang memberikut motivasi untuk selalu berkarya. 

Dan yang luar biasanya, ketika sekarang aku baca-baca lagi tulisan yang dulu-dulu. Ada perasaan bangga dan bahagia kalau ternyata aku pernah punya perasaan seperti itu. Kalau ternyata aku pernah punya pemikiran yang begitu dan begini. Aku gak inget perasaan aku waktu itu, di hari ini. Tetapi, ketika aku baca lagi, semuanya indah. Mungkin itulah kenapa kita harus pandai-pandai menulis dan merekamkan jejak dengan tulisan.

Mungkin banyak orang yang merasa kalau foto adalah cerita abadi yang bisa menghantarkan tulisan, tapi bagiku tulisan lebih kuat. Karena ia mengandung banyak perasaan yang tidak terungkapkan melalui foto-foto atau hal lainnya. Tulisan adalah kenangan akan perasaan-perasaan yang sudah lapuk. Kenangan akan mimpi-mimpi yang tidak juga mewujud jadi.
Load disqus comments

0 komentar

Iklan Bawah Artikel