30 Days Creatives #25 Pendidikan dari Bapak

Bapak adalah orang yang tidak bisa digantikan orang lain. Bukan dalam artian karena dia adalah bapakku sendiri. Tetapi, bapak memiliki jiwa yang berbeda dengan orang lain. Bapak adalah orang yang berani mengatakan tidak, jika ia tidak setuju. Dan berani mengatakan jangan, ketika ada hal-hal yang tidak ia senangi.

Begitupun dalam mengajarkan kami di rumah, bapak sangat strick dengan segala hal yang sifatnya tidak berguna. Seperti misalnya, bapak tidak pernah mengizinkan kami di rumah untuk nonton televisi sebelum shalat Isya. Pokoknya, tidak boleh nonton TV dari waktu Magrib ke Isya. Dan kami tidak pernah berani menyentuh remot untuk menghidupkan televisi.

Karena jarak dari rumah ke masjid hanya beberapa langkah, kami harus ke masjid setiap shalat magrib dan isya. Dan itu wajib, tidak ada kata tidak. Kemudian setelah magrib harus ngaji. Dan bapak adalah guru ngaji pertamaku. Dan karena dekat dengan masjid, bapak tidak pernah shalat di rumah. Ia selalu pergi ke masjid untuk mengimami shalat, ataupun munfarid.


Bapak sangat ketat dalam hal-hal ibadah. Kami juga tidak boleh menunda-nunda shalat. Pokoknya setelah adzan harus segera ke air mengambil wudhu. Kalau tidak, bapak akan menatap kami dengan tatapan yang serem, dan bikin kami ciut. Segeralah kami pergi ke air, untuk mengambil wudhu.
Tetapi, ternyata pengajaran itu sampai sekarang sangat melekat. Aku setiap ingin menonton TV setelah salat magrib, sebelum Isya, merasa bersalah dan merasa ada hal yang salah yang aku lakukan. Apalagi untuk masalah shalat tepat waktu, aku sampai sekarang selalu mempertahankan untuk solat tepat waktu. Karena selalu merasa bersalah ketika menunda shalat.

Pendidikan dari bapak dulu tidak pernah aku sadari sampai sejauh ini menemaniku. Dulu aku selalu kesal karena bapak yang terlalu strick pada anak-anaknya. Tetapi, aku sekarang tahu kenapa orang tua berlaku seperti itu. Karena memang pendidikan usia dini adalah hal yang paling penting diterapkan kepada anak-anak. Dan akan mempengaruhinya sampai ia beranjak dewasa.

Sehingga, ketika orang tua berfikir bahwa anak-anak mereka nakal. Shalat selalu ditunda-tunda dan bahkan tidak melakukannya. Seharusnya mereka berintrospeksi, sudahkan pendidikan di rumah benar?

Aku yakin itulah sebabnya pendidikan itu sangat penting bagi orang tua. Bapakku memang bukan lulusan universitas. Dia hanya lulusan SD. Tetapi dia belajar agama dengan serius. Dia mempelajari setiap hal dari kehidupannya. Jadi, maksudku berpendidikan bukan hanya pendidikan formal. Tetapi, bagaimana mereka bisa mengambil setiap hikmah dan pelajaran dari orang-orang sekitar dan peristiwa yang mereka temukan.

Aku menemukan bapak seperti itu. Dia bukan orang yang berpendidikan tinggi, tapi bisa membuatku melakukan hal-hal yang positif sampai sekarang aku dewasa. Yang ternyata, tidak banyak orang tua yang memiliki cara mendidik anak, seperti halnya bapakku.

Pendidikan orang tua adalah pendidikan yang utama bagi anak-anak. Hal ini membuat aku selalu berfikir keras untuk menentukan pasangan hidup. Di usiaku yang sudah tidak muda, aku tidak ingin buru-buru Karena usiaku. Dalam pandanganku, berumah tangga bukan hanya menjalin asmara dan meruntuhkan segala pandangan orang lain tentang perempuan yang sudah berumur dan belum menikah.

Karena bagiku, rumah merupakan tempat dimana anak-anak akan tumbuh dan berjalan di muka bumi mengemban amanah-amanah. Dari situ peran orang tua sangatlah penting. Jika pasanganku tidak bisa mendukungku untuk mendidik anak-anak, aku tidak akan bisa mengajarkannya sendirian. Karena ketidaksinergian dalam rumah tangga adalah kehancuran. Bukannya begitu?
Load disqus comments

0 komentar

Iklan Bawah Artikel