Begitupun dalam mengajarkan kami di rumah, bapak sangat
strick dengan segala hal yang sifatnya tidak berguna. Seperti misalnya, bapak
tidak pernah mengizinkan kami di rumah untuk nonton televisi sebelum shalat
Isya. Pokoknya, tidak boleh nonton TV dari waktu Magrib ke Isya. Dan kami tidak
pernah berani menyentuh remot untuk menghidupkan televisi.
Karena jarak dari rumah ke masjid hanya beberapa langkah,
kami harus ke masjid setiap shalat magrib dan isya. Dan itu wajib, tidak ada
kata tidak. Kemudian setelah magrib harus ngaji. Dan bapak adalah guru ngaji
pertamaku. Dan karena dekat dengan masjid, bapak tidak pernah shalat di rumah.
Ia selalu pergi ke masjid untuk mengimami shalat, ataupun munfarid.
Bapak sangat ketat dalam hal-hal ibadah. Kami juga tidak
boleh menunda-nunda shalat. Pokoknya setelah adzan harus segera ke air
mengambil wudhu. Kalau tidak, bapak akan menatap kami dengan tatapan yang
serem, dan bikin kami ciut. Segeralah kami pergi ke air, untuk mengambil wudhu.
Tetapi, ternyata pengajaran itu sampai sekarang sangat
melekat. Aku setiap ingin menonton TV setelah salat magrib, sebelum Isya,
merasa bersalah dan merasa ada hal yang salah yang aku lakukan. Apalagi untuk
masalah shalat tepat waktu, aku sampai sekarang selalu mempertahankan untuk solat
tepat waktu. Karena selalu merasa bersalah ketika menunda shalat.
Pendidikan dari bapak dulu tidak pernah aku sadari sampai
sejauh ini menemaniku. Dulu aku selalu kesal karena bapak yang terlalu strick
pada anak-anaknya. Tetapi, aku sekarang tahu kenapa orang tua berlaku seperti
itu. Karena memang pendidikan usia dini adalah hal yang paling penting
diterapkan kepada anak-anak. Dan akan mempengaruhinya sampai ia beranjak dewasa.
Sehingga, ketika orang tua berfikir bahwa anak-anak mereka
nakal. Shalat selalu ditunda-tunda dan bahkan tidak melakukannya. Seharusnya
mereka berintrospeksi, sudahkan pendidikan di rumah benar?
Aku yakin itulah sebabnya pendidikan itu sangat penting bagi
orang tua. Bapakku memang bukan lulusan universitas. Dia hanya lulusan SD.
Tetapi dia belajar agama dengan serius. Dia mempelajari setiap hal dari
kehidupannya. Jadi, maksudku berpendidikan bukan hanya pendidikan formal.
Tetapi, bagaimana mereka bisa mengambil setiap hikmah dan pelajaran dari
orang-orang sekitar dan peristiwa yang mereka temukan.
Aku menemukan bapak seperti itu. Dia bukan orang yang
berpendidikan tinggi, tapi bisa membuatku melakukan hal-hal yang positif sampai
sekarang aku dewasa. Yang ternyata, tidak banyak orang tua yang memiliki cara
mendidik anak, seperti halnya bapakku.
Pendidikan orang tua adalah pendidikan yang utama bagi
anak-anak. Hal ini membuat aku selalu berfikir keras untuk menentukan pasangan
hidup. Di usiaku yang sudah tidak muda, aku tidak ingin buru-buru Karena
usiaku. Dalam pandanganku, berumah tangga bukan hanya menjalin asmara dan
meruntuhkan segala pandangan orang lain tentang perempuan yang sudah berumur
dan belum menikah.
Karena bagiku, rumah merupakan tempat dimana anak-anak akan
tumbuh dan berjalan di muka bumi mengemban amanah-amanah. Dari situ peran orang
tua sangatlah penting. Jika pasanganku tidak bisa mendukungku untuk mendidik
anak-anak, aku tidak akan bisa mengajarkannya sendirian. Karena ketidaksinergian
dalam rumah tangga adalah kehancuran. Bukannya begitu?
0 komentar