Hari minggu, 13 Mei 2018 beberapa hari lagi sebelum puasa,
orang Indonesia kembali mendapati kabar duka. Kabar tersebut aku dapatkan tadi
pagi dari status social media teman-teman sosmed. Hastagnya #PrayForSurabaya. Aku
tidak tahu kalau hal inilah yang terjadi, aku kira bencana alam kembali datang.
Tetapi bukan bencana alam, tetapi bencana kemanusiaan.
Aku mulai penasaran dan mencari informasi yang lebih rinci
tentang hastag tersebut. Dan ternyata, pengeboman gereja kembali terjadi di
kota Surabaya. Pertama aku merasa sakit hati sekaligus duka yang sangat
mendalam di hati. Terlebih, ada beban akademis yang aku miliki terkait
perdamaian agama-agama.
Bagaimana bisa orang-orang dengan mudahnya mengambil nyawa
orang lain hanya karena ingin masuk surga? Bagaimana bisa dengan satu ayat saja
mereka berani mengambil nyawa orang lain hanya karena dijanjikan surga
untuknya. Doktrin egois macam apa yang membuat mereka memberanikan diri untuk
serta merta menundukan kemanusiaannya hanya untuk mendapatkan surga? Dengan
mudahnya, mencari satu ayat agar bisa menjadi alibi kekerasan dan kekejaman
tersebut.
Hari minggu, adalah hari sembahyangnya umat Kristiani.
Semasa mahasiswa, aku pun sering berkunjung ke teman-teman di beberapa gereja
di Bandung untuk studi lapangan. Dan saat aku datang ke gereja, betapa damai,
seperti halnya masjid. Karena gereja adalah tempat dimana orang-orang biasa
berkomunikasi dengan Tuhan, menyampaikan keluh kesah mereka kepada Tuhan.
Sehingga, ketika mendengar kabar bahwa pada hari minggu,
dimana orang-orang yang di gereja sedang bersembahyang kepada Tuhannya. Sedang
bersilaturahmi, menyampaikan pujian, meminta pertolongan kepada Tuhan, mendoakan
kedamaian Indonesia, ada dari mereka yang serta merta mengganggu kekhidmatan
silaturahmi hamba dengan Tuhannya. Aku hanya bertanya-tanya, sedang apa
sebenarnya mereka?
Dalam Islam, menganggu orang yang sedang shalat adalah
perbuatan dosa. Sekalipun ia hanya lewat di depan orang yang sedang shalat.
Denda hukuman dari Tuhan adalah dilaknat malaikat selama empat puluh hari.
Begitu yang aku dapatkan dari guruku, sewaktu mesantren.
Dari hal sederhana seperti itu, jika kita bisa
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan. Islam tidak pernah mengajarkan kita
untuk mengganggu orang yang sedang sembahyang. Karena orang yang sedang
bersembahyang adalah orang yang sedang bertemu dengan Tuhan. Cara manusia
berkomunikasi dengan Tuhannya adalah dengan sembahyang. Lantas, jika manusia
berani-beraninya mengganggu komunikasi manusia dengan Tuhannya apakah Tuhan
gembira? Apakah Tuhan rela membuka pintu surga-Nya untuk orang seperti itu?
Dan orang yang bersembahyang, adalah orang yang Tuhan sayangi.
Siapapun orang tersebut, apapun agamanya, jika orang tersebut memanggil Tuhan
dalam kesehariannya, mereka adalah orang-orang yang beriman. Meskipun kita tahu
kita berbeda dalam masalah pemahaman, tetapi semua agama akan mengatakan bahwa
orang yang beriman adalah orang yang tidak pernah offline dengan Tuhannya. Dan
Tuhan,akan melaknat orang-orang yang mengganggu keakraban, keromantisan hamba
dengan Tuhannya.
Mayoritas orang Indonesia mengaku beragama, tetapi orang
yang paham agama tidak sebanyak penganutnya. Mereka yang pemahaman agamanya dangkal, mudah sekali
mendapatkan doktrin dari luar. Artinya, mereka yang bodoh dan dangkal
pemikirannyalah yang melahirkan kekerasan dan kekejaman.
Dengan begitu, banyak tugas yang masih harus kita kerjakan
sebagai umat beragama, Apapun profesi yang kita ampu sekarang, pastikan untuk
tahu agama kita dengan benar. Pastikan anak-anak, anak didik, teman-teman dan keluarga kita tidak
terpengaruh dengan faham-faham radikal yang bisa memecah belah bangsa.
Para aktifis, para guru, ulama, dan pemerintah, kita masih memiliki tugas yang sulit berkaitan dengan hal ini. Jadi, mari kita maksimalkan peran kita masing-masing di negara kita.
Sebagai pengajar, sebagai orang tua, tentu kita harus selalu
mewaspadai pemahaman agama dari anak-anak agar tidak terjerumus kedalam faham
radikal. Jangan sampai kekeluargaan kita dengan orang-orang Kristen, Budha,
Hindu, dan agama lainnya rusak hanya karena orang-orang bodoh yang mengajarkan
kekerasan kepada generasi muda dan ingin menghancurkan NKRI. Mari kita kerjakan
PR masing-masing, mari kita lebih siaga dan memaksimalkan peran yang sedang kita ampu untuk menjaga negara kita.
0 komentar