30 Days Creatives #21 Pray For Surabaya



Hari minggu, 13 Mei 2018 beberapa hari lagi sebelum puasa, orang Indonesia kembali mendapati kabar duka. Kabar tersebut aku dapatkan tadi pagi dari status social media teman-teman sosmed. Hastagnya #PrayForSurabaya. Aku tidak tahu kalau hal inilah yang terjadi, aku kira bencana alam kembali datang. Tetapi bukan bencana alam, tetapi bencana kemanusiaan.

Aku mulai penasaran dan mencari informasi yang lebih rinci tentang hastag tersebut. Dan ternyata, pengeboman gereja kembali terjadi di kota Surabaya. Pertama aku merasa sakit hati sekaligus duka yang sangat mendalam di hati. Terlebih, ada beban akademis yang aku miliki terkait perdamaian agama-agama.

Bagaimana bisa orang-orang dengan mudahnya mengambil nyawa orang lain hanya karena ingin masuk surga? Bagaimana bisa dengan satu ayat saja mereka berani mengambil nyawa orang lain hanya karena dijanjikan surga untuknya. Doktrin egois macam apa yang membuat mereka memberanikan diri untuk serta merta menundukan kemanusiaannya hanya untuk mendapatkan surga? Dengan mudahnya, mencari satu ayat agar bisa menjadi alibi kekerasan dan kekejaman tersebut. 

Hari minggu, adalah hari sembahyangnya umat Kristiani. Semasa mahasiswa, aku pun sering berkunjung ke teman-teman di beberapa gereja di Bandung untuk studi lapangan. Dan saat aku datang ke gereja, betapa damai, seperti halnya masjid. Karena gereja adalah tempat dimana orang-orang biasa berkomunikasi dengan Tuhan, menyampaikan keluh kesah mereka kepada Tuhan.

Sehingga, ketika mendengar kabar bahwa pada hari minggu, dimana orang-orang yang di gereja sedang bersembahyang kepada Tuhannya. Sedang bersilaturahmi, menyampaikan pujian, meminta pertolongan kepada Tuhan, mendoakan kedamaian Indonesia, ada dari mereka yang serta merta mengganggu kekhidmatan silaturahmi hamba dengan Tuhannya. Aku hanya bertanya-tanya, sedang apa sebenarnya mereka?

Dalam Islam, menganggu orang yang sedang shalat adalah perbuatan dosa. Sekalipun ia hanya lewat di depan orang yang sedang shalat. Denda hukuman dari Tuhan adalah dilaknat malaikat selama empat puluh hari. Begitu yang aku dapatkan dari guruku, sewaktu mesantren.

Dari hal sederhana seperti itu, jika kita bisa mengaplikasikannya ke dalam kehidupan. Islam tidak pernah mengajarkan kita untuk mengganggu orang yang sedang sembahyang. Karena orang yang sedang bersembahyang adalah orang yang sedang bertemu dengan Tuhan. Cara manusia berkomunikasi dengan Tuhannya adalah dengan sembahyang. Lantas, jika manusia berani-beraninya mengganggu komunikasi manusia dengan Tuhannya apakah Tuhan gembira? Apakah Tuhan rela membuka pintu surga-Nya untuk orang seperti itu?

Dan orang yang bersembahyang, adalah orang yang Tuhan sayangi. Siapapun orang tersebut, apapun agamanya, jika orang tersebut memanggil Tuhan dalam kesehariannya, mereka adalah orang-orang yang beriman. Meskipun kita tahu kita berbeda dalam masalah pemahaman, tetapi semua agama akan mengatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang tidak pernah offline dengan Tuhannya. Dan Tuhan,akan melaknat orang-orang yang mengganggu keakraban, keromantisan hamba dengan Tuhannya.

Mayoritas orang Indonesia mengaku beragama, tetapi orang yang paham agama tidak sebanyak penganutnya. Mereka yang  pemahaman agamanya dangkal, mudah sekali mendapatkan doktrin dari luar. Artinya, mereka yang bodoh dan dangkal pemikirannyalah yang melahirkan kekerasan dan kekejaman.

Dengan begitu, banyak tugas yang masih harus kita kerjakan sebagai umat beragama, Apapun profesi yang kita ampu sekarang, pastikan untuk tahu agama kita dengan benar. Pastikan anak-anak, anak didik, teman-teman dan keluarga kita tidak terpengaruh dengan faham-faham radikal yang bisa memecah belah bangsa.

Para aktifis, para guru,  ulama, dan pemerintah, kita masih memiliki tugas yang sulit berkaitan dengan hal ini. Jadi, mari kita maksimalkan peran kita masing-masing di negara kita.

Sebagai pengajar, sebagai orang tua, tentu kita harus selalu mewaspadai pemahaman agama dari anak-anak agar tidak terjerumus kedalam faham radikal. Jangan sampai kekeluargaan kita dengan orang-orang Kristen, Budha, Hindu, dan agama lainnya rusak hanya karena orang-orang bodoh yang mengajarkan kekerasan kepada generasi muda dan ingin menghancurkan NKRI. Mari kita kerjakan PR masing-masing, mari kita lebih siaga dan memaksimalkan peran yang sedang kita ampu untuk menjaga negara kita.
Load disqus comments

0 komentar

Iklan Bawah Artikel