Menikah Adalah Pilihan

Just thought at night sambil mendengarkan lagu lawas dari ibu kos..

Hidup di dunia patriarki kuat itu memang menyedihkan ya.
Di acara keluarga, ketemu teman lama yang sudah punya dua putra. Sedikit say Hi, habis itu nanya "mau kapan? (Nikah) masa mau gitu terus?"



Mostly pertanyaan yang didapatkan seputar urusan seperti itu, nikah nikah dan nikah. Bukan satu dua yang bertanya, banyak sekali.

Apakah pertanyaan 'kapan nikah' itu adalah kata2 motivasi? Motivasi agar saya bisa hidup dengan cara yang common  di suatu daerah tertentu. Saya tidak yakin itu motivasi. Atau pertanyaan tersebut benar2 kekhawatiran seorang teman karena teman lamanya belum juga hajatan?

Selebihnya saya lebih yakin kalau hal tersebut merupakan sindiran akan ketidakbiasaan yang saya miliki di dalam "budaya mereka". Budaya yang memang menempatkan kalau perempuan yang sudah mendekati usia 30an adalah mereka yang seharusnya sudah memiliki beberapa anak dan membangun sebuah rumah tangga. Bagi mereka, perempuan tidak usah sekolah tinggi, tidak usah berlaku sok seperti laki-laki yang ujung-ujungnya nanti juga bakal menyusahkan diri sendiri yaitu susah nikah.

Anggapan dalam masyarakatku yang masih memegang prinsip tersebut membuat banyak sekali perempuan di desa yang lebih memilih menikah ketimbang mencari pengalaman lain. Seperti misalnya bekerja ataupun sekolah.

I mean, kapan kita bisa mencoba merubah pertanyaan yang menjurus ke hal2 private seperti itu. Saya akan lebih senang ketika ditanya "apa kabar keluarga? Sehat?" "Oh kita udah lama yah ga ngobrol, seneng bisa ketemu lagi di momen kaya gini" atau "gimana di tempat kerja? Betah?" "Mau bikin karya apa lagi?"

Pertanyaan seperti itu akan jauuuh sekali saya dengar dari kelompok perempuan di kampung saya. Sakit memang, tetapi memang seperti itulah keadaannya. Ketika pandangan terhadap perempuan memang benar-benar masih sekadar sumur dan kasur. Ini memang zaman modern, tetapi tidak lantas membuat kepala manusia menjadi modern. Bahkan dengan smart-nya ponsel pun tidak lantas membuat manusia kita menjadi lebih smart.

Tidak bisakah kita saling memberikan motivasi sesama perempuan?

Mba kalis bilang :
Jangan jadi perempuan yang menormalkan kebiasaan menjatuhkan perempuan lain. Gimana cara untuk mengganti kalimat-kalimat buruk itu? Ganti dengan pertanyaan simpatik, "bagaimana kabarmu? Jangan sungkan buat bilang kalau ada yang bisa kubantu ya!". Kalau nggak bisa simpatik, maka belajar untuk diam. ðŸ˜Š

Bagiku, pernikahan bukan hanya sesuatu hal yang bisa dilakukan karena melihat orang lain sudah menikah. Pernikahan adahal ikatan yang sakral, dimana dua orang akan hidup bersama sampai akhir hayat, sehingga butuh sesuatu yang benar2 matang saat ingin menentukannya.

Pamarican, 14 Februari 2020
Load disqus comments

0 komentar

Iklan Bawah Artikel